Oleh : Rahmat Sutandya Yudhanto
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menyebutkan bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha perorangan dengan kriteria asset maksimal 50 juta dan kriteria omzet maksimal 300 juta. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar dengan kriteria asset 50-500 juta rupiah dan kriteria omzet 300 – 2,5 miliar rupiah. Sedangkan Usaha Menengah hampir sama seperti usaha kecil, tapi dengan kriteria asset lebih besar yaitu 500 juta – 10 miliar rupiah dan kriteria omzet 2,5 – 50 miliar rupiah.
Tak dapat dipungkiri bahwa UMKM tidak bisa dipandang sebelah mata, UMKM memiliki peran yang besar bagi perekonomian di Indonesia. Hal ini, terbukti ketika krisis moneter di tahun 1997, saat satu persatu perusahaan besar tumbang, bisnis UMKM justru tak goyah dan malah menjadi tulang punggung perekonomian kala itu. Tak hanya ketika krisis moneter UMKM berkontribusi dalam perekonomian Indonesia. Setelah krisis moneter pun UMKM masih berperan bahkan dijadikan tulang punggung perekonomian, karena secara alamiah lebih dinamis ketimbang perusahaan besar.
Seperti dilansir dari Word Bank, Indonesia sendiri sumber penghidupan sangat bergantung pada sektor UMKM. Sektor UMKM diperkirakan menyumbang 50% Produk Domestik Bruto (PDB) dan sekitar 10% untuk ekspor. Data BPS tahun 2014 menunjukan bahwa UMKM berkontribusi besar dalam memberikan kesempatan kerja sebesar 96,99% dan dalam bentuk penambahan devisa sebesar 27.700 miliar.
Berbicara masalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang urgent termasuk salah satunya permasalahan ekonomi, dimana BABEL pasca timah dapat dikatakan tekena dampak Butterfly Ekonomi. Di awal Timah di gembor-gemborkan sebagai tumpuan ekonomi negeri Serumpun Sebalai ini, dan pada akhirnya ketika SDA tersebut habis berdampak pada permasalahan panjang dan berkelanjutan. UMKM dapat menjadi solusi masalah perekonomian di Bangka Belitung, karena masyarakat daerah penghasil timah ini, dipacu dengan kreatifitas individual untuk menjalankan UMKM. Masyarakat tidak harus bergantung pada sektor timah semata yang sewaktu-waktu SDA tersebut habis dan tidak dapat diperbaharui. UMKM dapat menjadi alternatif ketika ekonomi BABEL sedang mengalami krisis seperti saat ini, UMKM dapat menciptakan banyak lapangan pekerjaan baru yang pastinya akan berdampak pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan angka kesejahteraan masyarakat.
Provinsi Bangka Belitung menyimpan banyak potensi besar. Namun, saat ini dapat dilihat bahwa pembangunan ekonomi di provinsi dengan sebutan Negeri Serumpun Sebalai ini, seperti jalan di tempat, karena tidak dikembangkan. Sesuai dengan kondisi struktur ekonomi provinsi yang didominasi oleh sektor pertanian dan perkebunan, tentu ini dapat dikembangkan menjadi tumpuan perekonomian BABEL melalui UMKM. Memang, di satu sisi usaha ini tidak dapat dikembangkan dengan mudah, tapi melalui proses step by step dan berkesinambungan, masyarakat BABEL melalui UMKM dapat berkembang dan mampu mendorong perekonomian Provinsi Bangka Belitung secara umum menjadi lebih baik.
Peran pemerintah dan peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengembangkan potensi UMKM di Bangka Belitung. Tidak hanya menguntungkan pada sektor ekonomi saja, UMKM juga dapat menjadi jurus jitu mendorong sektor pariwisata Bangka Belitung yang sangat luar biasa. Karena, ketika UMKM di daerah ini berkembang, tentu akan membuat biaya hidup di Bangka Belitung menjadi lebih terjangkau, dan dampak positifnya akan banyak wisatawan baik domestik maupun Internasional yang dating ke berwisata ke Bangka Belitung. Faktor yang sering dipertimbangkan para wisatawan untuk menentukan lokasi berwisata biasanya yang pertama budget, kedua keindahan alamnya. Bangka Belitung sudah memiliki keindahan alam yang luar biasa, tapi masih terkendala pada masalah mahalnya biaya hidup.
Penulis berpandangan, berkaca pada Yogyakarta, kenapa wisatawan banyak datang ke Yogyakarta ketimbang Bangka Belitung, padahal dari segi keindahan pariwastanya lebih unggul Babel. Itu lebih dikarenakan biaya hidup di Jogja murah. Kenapa biaya hidup di Jogja bias murah? Karena UMKM didaerah ini berkembang. Di Jogja uang 100 ribu rupiah bisa untuk mencukupi biaya hidup selama 3 hari bahkan lebih, sedangkan di Bangka Belitung uang 100 ribu hanya bisa mencukupi biaya hidup 1 hari. Hal inilah yang menjadi PR bagi pihak-pihak terkait di Bangka Belitung, bagaimana cara mengatasi permasalahan daerah yang urgent, jika tidak diatasi akan menjadi kerangkeng besi yang mengurung kesejahteraan masyarakat Bangka Belitung itu sendiri. UMKM dapat menjadi salah satu solusi mengatasi masalah perekonomian di Bangka Belitung.(****)
REDAKSI Divisi Media dan Komunikasi ISBA Yogyakarta
Writer : Yudha
Editor : Yudha
Redaksi Divisi media dan Komunikasi ISBA Yogyakarta
Jl. Ibu Ruswo No.17 Yudonegaran, Yogyakarta
Email : redaksiisba@gmail.com
www.persisba.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar