Memperjuangkan Nasib Petani Karet
Foto bersama Didit Sri Gusjaya dengan pengurus ISBA Yogyakarta usai melakukan audiensi dengan mahasiswa Bangka yang ada di Yogyakarta, Selasa (12/04/2016). foto: Rusdi |
Ketua DPRD
provinsi Bangka Belitung Didit Sri Gusjaya, Selasa (12/04/2016) menggelar
pertemuan dengan pengurus ISBA dan para mahasiwa Bangka yang ada di Yogyakarta
untuk mendengar anspirasi dan beraudiensi dengan para Mahasiswa yang hadir di
Aula Asrama Putra ISBA Yogyakarta. Acara ini juga dihadiri Mursidi ketua Badan
Legislasi DPRD Provinsi kepulauan Bangka Belitung.
M. Ramadani ketua Umum
ISBA Yogyakarta sekaligus moderator dalam acara audiensi mengucapkan
terimakasih kepada Didit Sri Gusjaya selaku ketua DPRD Provinsi Bangka Belitung
beserta rombongan yang telah menyempatkan waktu untuk berkunjung ke asrama
ISBA.
"Semoga dengan
audiensi ini kita bisa menyampaikan anspirasi kita sebagai mahasiswa ditanah
rantau. Apa yang menjadi keluhan kita semoga bisa mndapatkan solusi yang baik
buat kita dan organisasi ISBA sendiri. saya juga berharap teman-teman yang
hadir malam ini untuk bisa memberi masukan kepada pemerintah yang nantinya bisa
disampaikan oleh bang Didit selaku ketua DPRD Provinsi Bangka Belitung. Karena
kita sebagai mahasiswa juga bisa membuat suatu kebijakan untuk daerah kita
melalui Ketua DPRD Provinsi yang hadir pada malam ini”. Imbuh Dani
suasan audiensi dengan Ketua DPRD Provinsi Bangka Belitung Didit Sri Gusjaya di Aula Asrama Putra ISBA Yogyakarta. |
Didit Sri Gusjaya
selaku ketu DPRD provinsi kepulauan Bangka Belitung mengatakan sangat senang
bisa bertemu dan bersilaturrahmi dengan para mahasiswa yang ada dijogja
meskipun dengan waktu yang singkat. “Kedatangan kami ke jogja untuk memenuhi
undangan ketua DPRD Jogja dan isyaallah besok (13/04) kami akan memenuhi
undangan Bupati Bantul. Alhamdulillah kita menyempatkan diri untuk ketemu
dengan adik-adik mahasiswa yang berada diluar Bangka Belitung. Bagi kami
adik-adik mahasiswa merupakan tumpuan harapan kami sebagai generasi-generasi
yang akan menggantikan kami.
“Sebelum kejogja kita
sudah berkunjung ke ISBA Bandung dan nantinya kita juga kan berkunjung ke IBSA
Jakarta, Bogor, dan terkahir Palembang. Hal ini kita lakukan karena adanya
masukan tentang permasalahan ISBA, seperti yang terjadi di Bandung karena yang
membangun kabupaten Bangka, maka dari kabupaten lain tidak boleh masuk dengan
alasan ini dana APBD Bangka. Saya sebagai alumni bandung, sangat sedih
mendengar hal ini bisa terjadi. Karena saya tidak mau adanya terkontrabinasi
antara Pangkal Pinang, Bangka Selatan, Bangka Tengah, Bangka Barat dan Bangka,
semuanya dalam satu wilayah provinsi Bangka Belitung, walapun setiap daerah
berbeda-beda. Harapan saya semoga hal ini tidak terjadi di ISBA Jogja. Jujur
saja, ISBA Jogja ini sangat luar biasa. Orang-orang pemimpin yang ada di Bangka
Belitung rata-rata Alumni Jogja”. Imbuh Didit
Dalam dialog dengan
mahasiswa Didit Sri Gusjaya menyampaikan tentang program kedepan yang akan
dilakukan oleh DPRD provinsi kepulauan Bangka Belitung yang menurutnya ide ini
sedikit nyeleneh, namun menurutnya bisa bermanfaat bagi masyarakat Bangka
Belitung.
“Saya meminta dukungan
kepada para mahasiswa yang ada di Jogja agar program ini bisa terlaksanakan.
Mengingat adik-adik mahasiswa yang masih netral dan belum terkontrabinasi. Kami
akan membentuk rancangan hak inisiatif peraturan daerah tentang harga penyandah
karet. Hal ini melihat kondisi Bangka Belitung adalah sektor pertanian, sektor
perkebunan, dan sektor kelautan. Hasil survey badan statistik yang kami
dapatkan dilapangan, rata-rata hampir 65% masyarakat Bangka Belitung adalah
petani karet, kedua petani sawit dan ketiga petani lada”. Harap Didit
“Yang menjadi
pertanyaan adalah dalam program pasca timah ini, bagaimana pemerintah provinsi
Bangka Belitung ini ingin menjadikan pasca timah, jikakala hasil petani-petani
tidak mendapat dukungan dari pemerintah. Bayangkan saja harga karet sekarang
ini 4.000,- per-kg, masih mahallah harga sebungkus rokok, dan 1kg beras.
Artinya kalau kita asumsikan dalam sehari petani karet dapat 10kg karet baru
mendapatkan uang 40.000,-. Jadi uang 40.000,- itulah yang digunakan untuk bayar
sekolah, untuk sakit menyakit, untuk bumbu-bumbu masak. Sehingga ekonomi di
Bangka Belitung saat ini dikatagorikan masuk sinyal ambang warna kuning. Hal
inilah yang menjadi ide anggota DPRD kepada pemerintah. Saya yakin rencana ini
akan memunculkan pro dan kontra. Jadi saya harap kepada adik-adik dukung
rencana ini secara objektif jika itu baik, dan protes jika itu salah. Kami
sangat mengharapkan masukan dari adik-adik semua”. Jelas Didit
Harga penyadah karet
ini adalah hak ini siatif DPRD Bangka Belitung yang sudah disetujui untuk
mewajibkan pemerintah provinsi Bangka Belitung untuk membeli karet dari petani
karet yang ada di Bangka Belitung. Jika sekarang ini harga karet 4000,- perkg,
wajib bagi pemerintah membeli dengan harga 6500,0 perkg. Jika kita hitung,
kurang lebih hanya 7000 ton dalam setahun, kita asumsikan hanya kurang 200
milyar. Semoga peraturan daerah ini bisa mendapat dukungan dari masyarakat,
mendapat dukungan dari seluruh anggota DPRD Provinsi Bangka Belitung,
setidak-tidaknya dengan harga karet 6500 mendapat subsidi dari pemerintah
provinsi Bangka Belitung setidak-tidaknya orang jual kue, peempek, bakso pacak
laku. Yang terjadi sekarang ini mohon maaf orang juel kue dari subuh baru habis
e jam 11.00 siang, la tekeras kue e, demikian dengan penjual peempek dan bakso.
Hal ini disebabkan faktor ekonomi masyarakat Bangka Belitung yang perlu
mendapat perhatian khusus dari masyarakat Bangka Belitung dan juga adik-adik
mahasiswa. Harapan saya semoga dengan rencana ini ekonomi di Bangka Belitung
kembali normal”. Harap Didit
“Saya sampai juga bahwa
program yang saat ini sudah berjalan dari tahun 2014, 2015 dan 2016 ini adalah
memberikan beasiswa kepada mahasiswa-mahasiwa kurang mampu, tapi kuliahnya di
Bangka Belitung. Alhamdulillah ditahun 2014, 2015 ada 200 orang, dan di tahun
2016 ini sekitar 150 orang yang akan kita bayar selama 8 semester. Jika tidak
selesai selama 8 semester maka akan dropout baik swasta maupun negeri”. Tegas
Didit
Mursidi selaku ketua
Badan Legislasi sangat mendukung rencana ketua DPRD Provinsi Bangka Belitung
tentang harga penyadah karet yang sangat cemerlang dan harus kita terbitkan. “Karena
saat ini mayaoritas masyarakat kita petani karet. “etiap hari masyarakat itu
ngaret kecuali pada pagi jumat. Berbeda dengan lada dan sawit yang dipanen
setiap tahun. Jadi karet merupakan penyelamat bagi masyarakat Bangka Belitung.
Dengan harga karet yang hanya 4000, dak pacak dituker dengan beras sekilo, nek
2,5kg karet baru dapet sekilo beras. Maka ide yang di tawarkan oleh ketua DPRD
kepada kami sangat luar biasa. Setelah dilakukan survey dan beberapa instrumen
sudah dikaji, ternyata dengan anggaran kurang dari 200 milyar bisa membantu
petani dan masyarakat kita di Bangka Belitung”. Jelas Mursidi
Penulis : Rusdiyanto
Editor : Rusdiyanto
Sumber : Pers ISBA Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar