Merokok, Salahkah? - PERS ISBA YOGYAKARTA

Breaking

PERS ISBA YOGYAKARTA

Lembaga Pers Pelajar & Mahasiswa Bangka

Blogroll

- Ads Banner here -

Jumat, 30 September 2016

Merokok, Salahkah?

Merokok, Salahkah?
               Oleh : Sepriyogi                    
Sepriyogi
Jika berbicara tentang rokok dan perokok, tentu saja hal tersebut menjadi bahasan yang sangat krusial. Terutama jika dikaitkan dengan dampak negatif dari merokok dan sejumlah penyakit mengerikan juga kerugian ekonomi yang ditimbulkannya. Tetapi apakah merokok hanya dapat menimbulkan dampak negatif saja?. Adakah  sedikit saja keuntungan yang bisa diperoleh ketika seseorang menjadi perokok?. Mungkin terkesan seperti pertanyaan angin, tetapi hari ini saya mendapatkan sejumlah jawaban sederhana dibalik dampak buruk rokok tersebut.
            Layaknya makanan, rokok juga mempunyai beberapa komposisi yang terkandung di dalamnya, dan tak dipungkiri juga terkandung beberapa zat zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Beberapa bahan kimia rokok yang berbahaya seperti nikotin, tar, sianida, benzene, cadanium, methanol, asetilena, ammonia, formaldehida, hydrogen sianida, arsenic, karbon monoksida dan mungkin masih banyak esensi berbahaya yang belum diketahui. Meskipun demikian hanya tar dan nikotin saja yang dicantumkan dalam kemasan rokok. Menurut riset, 51,1%  rakyat Indonesia adalah perokok aktif tertinggi di Asia Tenggara dan sangat jauh berbeda jika kita bandingkan dengan negara tetangga, misalnya persentasi perokok aktif di Brunei Darusalam hanya 0,06% dan Kamboja sebesar 1,15%. Para ahli telah membuktikan dengan sejumlah riset bahwa disamping mengakibatkan ketergantungan, rokok juga bisa menyebabkan berbagai macam penyakit berbahaya.
            Pada saat ini banyak kita temukan para perokok aktif yang merokok di tempat umum, padahal pemerintah telah menyerukan larangan dan bahaya rokok tersebut, di kemasan rokok juga sudah tertera peringatan dan bahaya rokok. Tetapi para perokok aktif seolah-olah tidak atau enggan memperdulikanya, bagi mereka kenikmatan menghisap rokok jauh lebih besar dari pada dampak penyakit yang ditimbulkanya. Selain itu, merokok juga dapat mengembalikan mood yang buruk setelah beraktivitas sepanjang hari, para perokok juga bisa dengan mudah bergaul dengan sesama perokok, atau dapat diartikan juga rokok dapat mempererat tali persaudaraan antar sesama perokok, dan masih banyak lagi keuntungan merokok. Hanya para perokoklah yang dapat menjelaskan keuntungan apa saja yang mereka peroleh dari merokok tersebut dan bagi mereka yang tidak merokok pastinya merasa terganggu dengan kegiatan merokok, apalagi asapnya. Mereka pun pastinya setuju dengan larangan pemerintah tentang rokok. Beberapa bulan lalu telah menjadi perdebatan terkait dengan wacana pemerintah yang akan menaikkan harga rokok Rp 50.000/bungkus. Bagi mereka yang tidak merokok atau bukan perokok pasti tidak terusik akan kebijakan tersebut, dan akan berada digaris terdepan untuk mendukung keputusan pemerintah menaikan harga rokok dengan alasan untuk mengurangi masyarakat dari kecanduan rokok.
            Dibalik itu semua ada cerita atau pelajaran menarik yang dapat kita ambil dari rokok itu sendiri, banyak orang di dunia ini yang menjadi perokok aktif. Tetapi sangat sedikit yang menyadari bahwa ada ilmu sosial yang bisa kita petik dari hal-hal sesederhana ini. Selain itu, sebelum menjadi rokok yang siap edar terdapat jerih payah petani yang menanam merawat hingga memanen tembakau, kapas hingga kertas yang menjadi bahan pokok dari rokok tersebut. Setelah itu, diproduksi oleh kaum buruh yang bekerja di perusahaan rokok tersebut. Kalau berhubungan dengan perusahaan, secara tak langsung pasti terselip keterkaitan dengan pemerintah, dalam hal sederhananya untuk mengurus surat izin usaha saja harus berhubungan dengan pemerintah. Hanya segelintir orang yang menyadari bahwa ada struktur sosial di dalamnya. Secara garis besar, struktur sosial dalam bidang ini dibagi menjadi dua yaitu kaum pekerja dan kaum menengah. Dalam hal ini kaum pekerja adalah para petani dan para buruh, sedangkan kaum menengah  adalah pemodal, penguasa ataupun pemerintah. Sama halnya dengan industri lain yang ada di muka bumi ini.
Kita hanya disuguhkan dengan pengetahuan yang hanya memikirkan dampak negatif dari rokok, padahal disisi lain kita bisa melihat dampak positif dari adanya rokok, yaitu banyak orang yang menggantungkan kehidupan kepada rokok itu sendiri, dalam hal ini para petani tembakau, kapas serta kertas dan para buruh pabrik rokok sangat menggantungkan penghasilan dari produksi rokok termasuk juga pemerintah yang mendapat pemasukan devisa negara dari industri rokok. Bila diasumsikan bahwa kenaikan harga rokok benar-benar diterapkan, maka banyak dampak fatal yang akan terjadi.  Mungkin saja wacana tersebut bisa mengurangi persentase jumlah perokok yang ada di negeri ini, akan tetapi jika jumlah perokok berkurang secara tidak langsung jumlah produksi rokok akan menurun drastis dan mengakibatkan perusahaan akan mengambil langkah tegas dengan mengurangi pekerja yang ada di pabrik tersebut. Pastinya akan banyak buruh yang di PHK dan hal ini  berpengaruh pada angka pegangguran bertambah yang dapat mengakibatkan tingkat kriminalitas semakin tinggi. Selain itu resiko yang paling besar berdampak pada negara adalah menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat.
Penulis : Sepriyogi (Mahasiswa Universitas Widya Mataram Yogyakarta/Anggota ISBA Yogyakarta)           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar